Senin, 29 November 2010

Bertualang ke Rhino Camp TNBBS


MUSIM libur panjang tiba. Jika ingin berpetualang di alam bebas, cobalah persiapkan diri dan keluarga atau teman Anda ke Rhino Camp di Km 50 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Rhino Camp/Km 50 terletak di perbatasan Kabupaten Tanggamus dengan Lampung Barat. Berjarak 140 km dari Bandar Lampung atau 40 km dari Kotaagung, ibu kota Kabupaten Tanggamus. Jika ditempuh kendaraan roda empat, memakan waktu sekitar tiga jam dari Bandar Lampung, atau satu jam dari Kotaagung.

Kondisi jalan berupa aspal hotmix yang masih bagus. Tidak ada kendaraan umum yang langsung menuju lokasi dari arah Kotaagung. Rhino Camp/Km 50 terletak di ketinggian sekitar 600 m dpl, dengan topografi berbukit, merupakan perbatasan antara perkebunan masyarakat dengan hutan TNBBS.

Dengan lokasinya yang terletak di ketinggian, akan terlihat laut Teluk Semaka, Kotaagung, dan areal perkebunan masyarakat. Cuaca di sekitar lokasi cukup sejuk dan sering turun kabut pada sore hingga malam hari. Suhu udara terasa dingin pada malam hingga pagi hari.

Fasilitas di Rhino Camp/Km 50 hanya terdapat satu unit pondokan, terdiri dari satu kamar untuk dua orang, satu shelter serta satu bangunan untuk staf Rhino Camp. Penginapan terdekat yang cukup layak berada di Gisting yang berjarak 20 km sebelum Kotaagung atau 60 km dari camp 50 dengan jarak tempuh sekitar 80 menit. Terdapat tiga unit hotel yang lokasinya bersebelahan, dengan fasilitas hotel bintang I. Terdapat kolam renang dan restoran. Kapasitas kamar di satu hotel sekitar 50 kamar, dengan rate sekitar Rp150 ribu--Rp250 ribu.


Rhino Camp/Km 50 memiliki potensi keanekaragaman hayati, antara lain: jenis flora; Raflesia, Amorpophalus (bunga tertinggi di dunia), beragam jenis pohon besar, jamur liana, dll. Jenis primata; tarsius, siamang, owa Sumatera, monyet, dan lutung Sumatera. Jenis mamalia; kelompok gajah, harimau, badak, beruang (beranak dekat camp), rusa, kijang, kancil, landak, dan bermacam tupai. Terdapat satwa kelinci sumatera yang dinyatakan punah tahun 1960-an, dan masih ditemukan di sekitar Rhino Camp/Km 50. Juga jenis burung; terdapat beragam jenis burung mulai beragam jenis rangkong, burung berkicau, dan lainnya. Juga ada beberapa jenis burung yang sulit ditemukan di daerah lain, termasuk burung langka.

Semua satwa tersebut dapat ditemukan di sekitar Rhino Camp/Km 50 dengan kemungkinan pertemuan 30-- 80%. Terdapat dua jalur tracking, satu jalur digunakan untuk siang hari dan jalur lain untuk malam hari.SAYUTI

http://ulunlampung.blogspot.com/2010/06/perjalanan-bertualang-ke-rhino-camp.html

Selasa, 10 November 2009

Lomba Lukis Memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa


Kotaagung (5-11-09)- Dalam rangka memperingati hari cinta Puspa dan Satwa, Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mengadakan kegiatan lomba lukis tingkat SLTA.
Kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 5 Nopember 2009 bertempat di halaman kantor Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Peserta kegiatan ini berjumlah 44 orang dan berasal dari SLTA Se-kabupaten Tanggamus.

Lomba lukis ini berakhir pada pukul 12.00 WIB dan dilakukan seleksi penjurian oleh staf BB-TNBBS, Dinas Pendidikan,WWF, WCS-IP, dan RPU-YABI.(WWF/Supriyanto)

Wonder Eyes 2009 Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan


Lampung(31/10)-Bukit Barisan Selatan menjadi lokasi proyek Wonder Eyes yang diselenggarakan mulai Kamis (24/10) hingga Jumat (30/10). Dua Supporter Kehormatan WWF-Indonesia, Nugie dan Davina Hariadi ikut terlibat dalam perhelatan fotografi internasional tersebut. Di Bukit Barisan Selatan Suporter Kehormatan dan tim WWF menginap di Rhino Camp, Lampung Barat.
Sekolah yang dikunjungi Wonder Eyes adalah SDN 3 Sedayu dan SMP Semaka. Sebelum peserta diterjunkan ke kawasan di sekitar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, fotografer Jepang yang juga merupakan inisiator Wonder Eyes memberikan pembekalan terlebih dahulu kepada para peserta. Davina ikut mendampingi pelatihan fotografi singkat tersebut.

Selain mendampingi sesi pengambilan gambar oleh para siswa, Davina dan Nugie juga berkesempatan mengunjungi camp patroli gajah.

Lokasi pembuatan kopi Kuyungarang di Desa Sedayu juga tidak luput dari agenda kunjungan mereka.

Kopi Kuyung arang yang diolah dengan mengutamakan prinsip-prinsip konservasi ini merupakan salah satu produk Green & Fair WWF-Indonesia (program unit Community Empowerment WWF-Indonesia yang menitikberatkan pada pengelolaan dan pemasaran sumber daya alam secara lestari sebagai salah satu upaya konservasi yang bisa membantu melindungi keanekaragamanhayati dan menjamin kehidupan yang baik bagi masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan konservasi).(dikutip daritulisan :Masayu Yulien Vinanda)